Assalamualaikum WR. WB.
Kerja keras dan disiplin merupakan bagian tak terpisahkan dari
kehidupan Kevin Ikhwan Muhammad. Keyakinan yang kuat akan kemajuan islam selalu
dipegang teguh dalam hatinya. Meskipun terlahir di daerah Bali yang minoritas
muslim tepatnya di kota Negara tak membuat semangatnya padam. Justru hal
tersebut malah membakar semangatnya untuk membuktikan bahwa islam tetap bisa
berdiri tegak di tanah dewata itu. Kejayaan islam adalah mimpi yang nyata
baginya, kekuatan islam yang dahulu telah dibangun dengan kecerdasan
Al-Ghazali, kehebatan Al Khawarizmi, dan kejeniusan Ar-Razi ingin sekali
dilanjutkan olehnya di zaman ini. Baginya mereka adalah sang pemberi inspirasi
dalam setiap langkah menuntut ilmu di Madrasah tercinta.
MAN Negara sekolah yang dicintainya saat ini. Pada masa awal ia
masuk ke Madrasah ini ia teringat dengan tekadnya sedari kecil dulu yaitu ingin
membuat masa kejayaan islam tentang ilmu pengetahuan bangkit kembali. Awal
karirnya dimulai dengan mengikuti tim Karya Tulis Ilmiah MAN Negara untuk
mengasah kemampuannya dalam bidang penelitian. Penasaran dan selalu ingin tahu
adalah sifatnya ketika berhadapan dengan suatu rumusan masalah yang diberikan
oleh pembina. Berkorban waktu setiap hari karena harus pulang terlambat dari
jam pulang sekolah bahkan jika ada momen yang penting mengharuskan ia menginap
di laboratorium selama beberapa hari demi hasil yang benar dan jujur seorang
peneliti harus berjuang keras.
Setahun lamanya merangkai konsep penelitian dalam hidupnya, sudah
cukup untuk mengikuti event pertamanya yaitu lomba karya tulis ilmiah di
Universitas Udayana dan berhasil menyabet juara 2 tingkat Jawa timur, Bali,
Nusa Tenggara. MAN Negara adalah satu-satunya MAN yang berhasil mengukir
prestasi dalam event ini. Tantangan berikutnya adalah Olimpiade Penelitian
Siswa Indonesia yang diikuti oleh seluruh SMA/MA di Indonesia lagi-lagi ia berhasil
menjadikan MAN Negara satu-satunya MA yang lolos dalam event ini dan berhasil
meraih Medali Perak serta peraih Best Presentation. Tak cukup sampai di sana
tahun berikutnya ia berhasil kembali membawa MAN Negara ke event Internasional
yaitu ISPrO (International Science Project Olympiad) bertarung melawan 24 negara yang ada di dunia
tak membuatnya takut atau gentar, kemampuan bahasa Inggris serta konsep
penelitian yang kuat membuat ia berhasil meraih medali Perak dalam event
tersebut.
Kebanggaan tertinggi ialah ketika bisa membawa nama Madrasah hingga
ke kancah Internasional yang tidak hanya bertarung dengan banyak SMA negeri
favorit di Indonesia. Tetapi juga bertarung dengan sekolah-sekolah
internasional yang ada di dunia. Mimpi kecil Kevin yang ingin membawa nama
islam khususnya Madrasah di dunia telah terwujud dalam versinya menjadi ilmuwan
muda yang terlahir dari Madrasah.
“Kerja keras Selalu Berbanding Lurus dengan hasil” adalah motto
hidupnya karena dia percaya Allah selalu mengerti keadaan setiap hambanya yang
ingin berjuang membela islam dalam segala bidang baik secara agama maupun Ilmu
pengetahuan. “Banyak teman-teman diluar sana yang belum sadar bahwa Allah telah
membekali kita dengan pengetahuan yang telah ada sejak zaman Rasulullah SAW
melalui Al-Quran, kenapa kita harus bingung mencari inspirasi, tinggal baca
saja Al-Quran banyak kok masalah yang belum terpecahkan” ujarnya.
Perjuangan yang hebat tetaplah harus berakar pada iman, setinggi
apapun ilmu seorang ilmuwan jika ia tidak memiliki iman tetap saja ilmu yang
dimilikinya tidak diridoi oleh Allah. Kita harus sadar yang memberi kita akan
kecerdasan melalui akal adalah dari kekuasaan Allah. Meskipun kita berjuang
untuk mendapatkan hasil yang sempurna tapi jika tetap beribadah seadanya adalah
hal yang percuma. Allah telah memperingatkan kepada kita bahwa jika kita ingin
mengejar Surganya Allah kita harus seimbang dalam ilmu dunia dan akhirat.
Menjadi seorang ilmuwan tidaklah mudah, butuh banyak sekali
pengorbanan seperti waktu, tenaga, materi, saudara atau keluarga bahkan berkomunikasi
dengan Allah. Kesibukan yang begitu padat membuat seorang ilmuwan tak bisa lagi
bersantai untuk menikmati waktu yang terus berjalan, konsep hidupnya berubah
menjadi waktu untuk hidup bukan lagi hidup untuk waktu artinya tak boleh ada
lagi waktu yang terbuang dengan sia-sia. Tapi tidak untuk ilmuwan muslim yang
beriman, apapun keadaannya lima waktu yang tepat pada waktunya akan menjadi
prinsip, itu karena dia sadar bahwa nafasnya, fikirannya, dan seluruh yang dia
miliki adalah pemberian dari-Nya. Lima waktu tersebut adalah momen yang ia
punya untuk berterima kasih kepada Allah SWT. Bisa kita contoh ilmuwan-ilmuwan
islam terdahulu adalah ilmuwan yang taat kepada Allah SWT.
Menjadi seorang ilmuwan mendidik kita menjadi seseorang yang jujur
dan disiplin, karena hasil dari penelitian yang dilakukan harus bermanfaat bagi
masyarakat luas, jika kita tidak jujur dalam penelitian justru hal itu akan
melemahkan seorang peneliti, lain halnya dengan peneliti yang jujur yang mau
mengakui kekurangannya dia akan terus berusaha sampai dia menemukan solusi agar
kekurangannya bisa diperbaiki dan benar-benar dapat bermanfaat bagi masyarakat.
Kedisiplinan juga akan didapatkan dengan terjadwalnya proses penelitian dengan
baik, ditambah lagi dengan jadwal sholat yang tepat waktu, membuat seorang ilmuwan
disiplin dengan karyanya juga disiplin di hadapan Allah.
Jebolan peneliti dari Madrasah dibandingkan dari Sekolah Negeri
tentu memiliki perbedaan. Pada peneliti yang lahir dari madrasah tentu diwarnai
dengan kehidupan yang islami dengan pandai mengaji dan mengkaji Al-Quran tak
jarang ketika mereka sedang mengkaji Al-Quran banyak inspirasi yang dapat
dijadikan bahan penelitian, itulah manfaat ilmuwan yang lahir dari madrasah.
Jika kita melihat ilmuwan yang dilahirkan dari sekolah negeri, meskipun dia seorang
muslim kadang kala aturan sekolah membuat dia lemah dengan aturan Allah. Mulai
dari susahnya mengatur jadwal sholat yang tepat pada waktunya, sumber inspirasi
yang didapatkan juga berbeda tidak sama dengan madrasah yaitu dari kajian
Al-Quran.
Pengalaman menuntut ilmu di sekolah negeri juga pernah dirasakan Kevin
ketika lepas lulus dari sekolah dasar. Waktu itu ayahnya memasukkan ia ke
Sekolah Menengah Pertama (SMP) yang ada di kota Negara. Setelah menuntut ilmu
selama dua Minggu di sana ia merasa ada yang tidak beres. Rutinitas sekolah
yang menghalangi siswa - siswi muslim untuk melakukan ibadah sholat dzuhur atau
bahkan sholat jum’at bagi siswa laki-lakinya. Pihak sekolah tidak mau mengerti
dengan kewajiban seorang muslim yang harus menunaikan sholatnya. Hal itu
membuat siswa-siswi muslim harus melarikan diri secara diam-diam untuk pergi ke
masjid saat jam sekolah. Saat tak bisa berbuat apa-apa ia hanya bisa melapor
kepada orangtuanya dan ayahnya memutuskan untuk memindahkan ia ke Madrasah
Tsanawiyah keesokan harinya. “Di sana saya lebih tenang karena terdapat mushola
sekolah serta pelajaran yang diajarkan juga memiliki nilai lebih karena kita
juga diajarkan pelajaran agama yang bermanfaat, bahkan di Madrasah saya bisa
mengukir prestasi lebih banyak dan terbukti madrasah juga bisa berprestasi
dibandingkan dengan sekolah-sekolah negeri lainnya”.
Untuk teman-teman yang ada di luar sana, jangan pernah ragu memilih
madrasah dan jangan jadikan madrasah sebuah pilihan tapi sebuah keharusan bagi
kita pelajar-pelajar muslim Indonesia. Tidak akan ada sia-sia ketika kita
bersekolah di madrasah jika niat kita menuntut ilmu dengan tujuan beribadah,
semoga lebih banyak lagi ilmuwan-ilmuwan dari madrasah yang bisa berprestasi
melawan sekolah negeri bahkan sekolah internasional yang ada di dunia, jangan
pernah takut sahabat Insyaallah Allah akan selalu mempermudah jalan kita, Amin.
Wassalamualaikum WR.WB.
Post a Comment